twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

Minggu, 25 November 2012

Resensi


Identitas Buku :
Judul Buku                  : Kambing Jantan
Penulis                         : Raditya Dika
Penerbit                       : Gagas Media
Kota                            : Jakarta selatan
Tanggal terbit              : Cetakan pertama 2005, Cetakan kedua puluh delapan 2010
Jumlah halaman           : 252 halaman
Desain cofer                : soft cover
Kategori                      : Remaja Umum
Bahasa                         : Bahasa Indonesia

Unsur Intrinsik:
1.    Tokoh:   1.       Raditya Dika
2.              Pembantu
3.              Ine
4.              "Kebo"
5.              Sally Dickson
6.              Haryanto

 2.  Penokohan:
·      Raditya Dika          : tokoh utama yang ambisius dan konyol
·      Pembantu                : orang yang selalu membantu Raditya Dika
·      Ine                          : teman Raditya semasa SD
·      "Kebo"                    : wanita yang dekat dengan Raditya
·      Sally Dickson         : dosen Raditya di Austalia
·      Haryanto                 : sahabat ketika kuliah di Kediri

3.    Tema                : Novel ini bertemakan pengalaman pribadi
4.    Latar                : Mall, Sydney, Rumah
5.    Alur                 : Alur yang digunakan adalah alur maju dan mundur
6.    Gaya Bahasa   : Gaya bahasa digunakan lebih sederhana dan lebih mudah dipahami
7.    Amanat            : hiduplah denan santai. Dan lalui masalah yang berat dengan santai.



Sinopsis Buku
Buku ini kebanyakan menceritakan saat Radith yang bersekolah di Adaleide sebuah kota di Australia. Cerita kehidupannya yang sering di postingkan keblognya ini terihat menarik karena Radith mengulasnya dengan gaya komedi yang natural. Kejadian-kejadian yang dialaminya pun seringkali kejadian yang tidak biasa.
Membaca buku berjudul "Kambing Jantan" adalah merupakan pengalaman baru membaca blog dari media online dalam media cetak. Label "best indonesia blog" merupakan alasan bagi sang penerbit untuk mengedarkan buku ini. Apalagi sang penulis, radith/dika atau malah yang disapa kambing, mampu membuat saya terkekeh atau tertawa konyol ketika mengikuti kehidupan pribadinya. Ada kegilaan yang terselip di antara aktifitas harian sang tokoh. Bahkan sang penulis malah menyebut lebih kasar lagi. "Catatan harian pelajar bodoh" sengaja ditampilkan sebagai sub title buku ini.
Radith - atau generasi internet lainnya - lahir dan besar di alam globalisasi dan era teknologi komunikasi. Lintas budaya menjadi hal keseharian yang kerap dijumpai sang tokoh... apalagi ia kuliah di ostrali - begitu ia menuliskan Australia. Namun bukan pengalaman hidup di luar negeri yang menjadikan buku ini menarik... tetapi tentang culture gap. Kesenjangan budaya ketika penulis berinteraksi dengan orang-orang bule di kota kecil bernama Adelaide.
Misalnya ketika Dika harus menanggung rasa kesal karena ada seorang (bukan dari indonesia) yang menyatakan bahwa orang Indonesia mengunakan tangan kiri untuk membersihkan di saluran belakang manusia... hehehehe... Juga saat sang dosen salah memanggil nama Dika dengan sapaan Nike atau salah seorang teman dengan beragam sapaan yang berbeda-beda. Sama seperti kita mendengar suara letusan sebagai "dor", dan orang bule dengan "bang". Kekonyolan lain ketika radith dan kawan-kawan harus menemui sekawanan orang ostrali mabuk di jalan pada malam hari.
Buku ini juga menggambarkan bagaimana kambing harus mengalami ketergantungan teknologi atau beragam aktivitas "bodohnya" serta sifat pelupa, jorok, dan liar, baik di jakarta maupun adelaide. Begitu pula dengan kehidupan keluarga yang juga sedikit aneh. Sayangnya kehidupan asmaranya, dengan seorang gadis bernama "Kebo" tak mendapat porsi banyak. Atmosfer global juga sangat kental dalam buku ini. Misalnya pengunaan bahasa gado-gado indonesia-english atau kata-kata macam "wadefak".
Buku ini terdiri dari 63 cerita. Cerita yang paing lucu menurut saya adalah saat Raditya Dika yang mengalami infeksi diwajahnya setelah pulang dari salon. Alhasil wajah Dika penuh dengan jerawat. Ibunya pun panik dan merawat dika dengan sabarnya setiap hari. Setiap malam muka dika diolesi dengan lotion dan toner dan jerawat dika pun berangsur hilang. Ternyata Ibunya dika bilang, rahasia kenapa wajahnya hilang dari jerawat bukan karena lotion yang dioleskan kemukanya melainkan karena kain yang di pakai untuk mengusap muka dika itu adalah kolor ayahnya.


Kritik:
· Kelebihan buku
Gaya Bahasa yang di angkat dari cerita-cerita Dika ini sebenarnya bisa dibilang santai, bahasa yang di gunakan adalah bahasa yang sering dipakai dalam kehidupan sehari hari, tidak terlalu baku dan formal namun juga bias dibbilang rancu atau campur aduk, campuran antara Bahasa Indonesia, Bahasa Inggiris dan Bahasa Gaul.


· Kekurangan buku
Adanya bahasa daerah yang digunakan yang mungkin tidak dimengerti oleh pembaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar