Pada jaman dahulu di sebuah hutan di kepulauan Aru, hiduplah sekelompok
rusa. Mereka sangat bangga akan kemampuan larinya. Pekerjaan mereka
selain merumput, adalah menantang binatang lainnya untuk adu lari.
Apabila mereka itu dapat mengalahkannya, rusa itu akan mengambil tempat
tinggal mereka.
Ditepian hutan tersebut terdapatlah sebuah pantai yang sangat indah.
Disana hiduplah siput laut yang bernama Kulomang. Siput laut terkenal
sebagai binatang yang cerdik dan sangat setia kawan. Pada suatu hari, si
Rusa mendatangi si Kulomang. Ditantangnya siput laut itu untuk adu
lari hingga sampai di tanjung ke sebelas. Taruhannya adalah pantai
tempat tinggal sang siput laut.
Dalam hatinya si Rusa itu merasa yakin akan dapat mengalahkan si
Kulomang. Bukan saja jalannya sangat lambat, si Kulomang juga memanggul
cangkang. Cangkang itu biasanya lebih besar dari badannya. Ukuran yang
demikian itu disebabkan oleh karena cangkang itu adalah rumah dari
siput laut. Rumah itu berguna untuk menahan agar tidak hanyut di waktu
air pasang. Dan ia berguna untuk melindungi siput laut dari terik
matahari.
Pada hari yang ditentukan si Rusa sudah mengundang kawan-kawannya untuk
menyaksikan pertandingan itu. Sedangkan si Kulomang sudah menyiapkan
sepuluh teman-temannya. Setiap ekor dari temannya ditempatkan mulai
dari tanjung ke dua hingga tanjung ke sebelas. Dia sendiri akan berada
ditempat mulainya pertandingan. Diperintahkannya agar teman-temanya
menjawab setiap pertanyaan si Rusa.
Begitu pertandingan dimulai, si Rusa langsung berlari secepat-cepatnya
mendahului si Kulomang. Selang beberapa jam is sudah sampai di tanjung
kedua. Nafasnya terengah-engah. Dalam hati ia yakin bahwa si Kulomang
mungkin hanya mencapai jarak beberapa meter saja. Dengan sombongnya ia
berteriak-teriak, “Kulomang, sekarang kau ada di mana?” Temannya si
Kulomang pun menjawab, “aku ada tepat di belakangmu.” Betapa
terkejutnya si Rusa, ia tidak jadi beristirahat melainkan lari tunggang
langgang.
Hal yang sama terjadi berulang kali hingga ke tanjung ke sepuluh.
Memasuki tanjung ke sebelas, si Rusa sudah kehabisan napas. Ia jatuh
tersungkur dan mati. Dengan demikian si Kulomang dapat bukan saja
mengalahkan tetapi juga memperdayai si Rusa yang congkak itu. (Aneke
Sumarauw, “Si Rusa dan Si Kulomang,” Cerita Rakyat dari Maluku.
(SELESAI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar