Identitas
Buku :
Judul Buku : Kambing Jantan
Penulis :
Raditya Dika
Penerbit :
Gagas Media
Kota :
Jakarta selatan
Tanggal terbit : Cetakan pertama
2005, Cetakan kedua puluh delapan 2010
Jumlah halaman : 252 halaman
Desain cofer : soft cover
Kategori :
Remaja Umum
Bahasa : Bahasa Indonesia
Unsur
Intrinsik:
1. Tokoh: 1. Raditya Dika
2.
Pembantu
3.
Ine
4.
"Kebo"
5.
Sally Dickson
6.
Haryanto
2.
Penokohan:
· Raditya
Dika :
tokoh utama yang ambisius dan konyol
· Pembantu
:
orang yang selalu membantu Raditya Dika
· Ine :
teman Raditya semasa SD
· "Kebo"
:
wanita yang dekat dengan Raditya
· Sally
Dickson :
dosen Raditya di Austalia
· Haryanto
:
sahabat ketika kuliah di Kediri
3.
Tema : Novel ini
bertemakan pengalaman pribadi
4.
Latar : Mall, Sydney, Rumah
5.
Alur :
Alur yang digunakan adalah alur maju dan mundur
6.
Gaya Bahasa : Gaya bahasa digunakan
lebih sederhana dan lebih mudah dipahami
7.
Amanat : hiduplah denan santai. Dan
lalui masalah yang berat dengan santai.
Sinopsis
Buku
Buku
ini kebanyakan menceritakan saat Radith yang bersekolah di Adaleide sebuah kota
di Australia. Cerita kehidupannya yang sering di postingkan keblognya ini
terihat menarik karena Radith mengulasnya dengan gaya komedi yang natural.
Kejadian-kejadian yang dialaminya pun seringkali kejadian yang tidak biasa.
Membaca
buku berjudul "Kambing Jantan" adalah merupakan pengalaman baru
membaca blog dari media online dalam media cetak. Label "best indonesia
blog" merupakan alasan bagi sang penerbit untuk mengedarkan buku ini.
Apalagi sang penulis, radith/dika atau malah yang disapa kambing, mampu membuat
saya terkekeh atau tertawa konyol ketika mengikuti kehidupan pribadinya. Ada
kegilaan yang terselip di antara aktifitas harian sang tokoh. Bahkan sang
penulis malah menyebut lebih kasar lagi. "Catatan harian pelajar
bodoh" sengaja ditampilkan sebagai sub title buku ini.
Radith
- atau generasi internet lainnya - lahir dan besar di alam globalisasi dan era
teknologi komunikasi. Lintas budaya menjadi hal keseharian yang kerap dijumpai
sang tokoh... apalagi ia kuliah di ostrali - begitu ia menuliskan Australia.
Namun bukan pengalaman hidup di luar negeri yang menjadikan buku ini menarik...
tetapi tentang culture gap. Kesenjangan budaya ketika penulis berinteraksi
dengan orang-orang bule di kota kecil bernama Adelaide.
Misalnya
ketika Dika harus menanggung rasa kesal karena ada seorang (bukan dari
indonesia) yang menyatakan bahwa orang Indonesia mengunakan tangan kiri untuk
membersihkan di saluran belakang manusia... hehehehe... Juga saat sang dosen
salah memanggil nama Dika dengan sapaan Nike atau salah seorang teman dengan
beragam sapaan yang berbeda-beda. Sama seperti kita mendengar suara letusan
sebagai "dor", dan orang bule dengan "bang". Kekonyolan lain
ketika radith dan kawan-kawan harus menemui sekawanan orang ostrali mabuk di
jalan pada malam hari.
Buku
ini juga menggambarkan bagaimana kambing harus mengalami ketergantungan
teknologi atau beragam aktivitas "bodohnya" serta sifat pelupa,
jorok, dan liar, baik di jakarta maupun adelaide. Begitu pula dengan kehidupan
keluarga yang juga sedikit aneh. Sayangnya kehidupan asmaranya, dengan seorang
gadis bernama "Kebo" tak mendapat porsi banyak. Atmosfer global juga
sangat kental dalam buku ini. Misalnya pengunaan bahasa gado-gado
indonesia-english atau kata-kata macam "wadefak".
Buku
ini terdiri dari 63 cerita. Cerita yang paing lucu menurut saya adalah saat
Raditya Dika yang mengalami infeksi diwajahnya setelah pulang dari salon.
Alhasil wajah Dika penuh dengan jerawat. Ibunya pun panik dan merawat dika
dengan sabarnya setiap hari. Setiap malam muka dika diolesi dengan lotion dan
toner dan jerawat dika pun berangsur hilang. Ternyata Ibunya dika bilang,
rahasia kenapa wajahnya hilang dari jerawat bukan karena lotion yang dioleskan
kemukanya melainkan karena kain yang di pakai untuk mengusap muka dika itu
adalah kolor ayahnya.
Kritik:
· Kelebihan buku
Gaya
Bahasa yang di angkat dari cerita-cerita Dika ini sebenarnya bisa dibilang
santai, bahasa yang di gunakan adalah bahasa yang sering dipakai dalam
kehidupan sehari hari, tidak terlalu baku dan formal namun juga bias dibbilang
rancu atau campur aduk, campuran antara Bahasa Indonesia, Bahasa Inggiris dan
Bahasa Gaul.
· Kekurangan buku
Adanya bahasa
daerah yang digunakan yang mungkin tidak dimengerti oleh pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar